Sabtu, 16 Juli 2016

Cerita Dari Mantan Gembong Teroris Abdurrahman Ayyubi.

IMN News – ‘Dulu NU, Muhammadiyah, NKRI; Musuh Saya’ dari mantan, teroris Abdurrahman Ayyub membuat terpukau peserta dialog tentang radikalisme dan terorisme, di Pondok Pesantren Mambaul Ulum, Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Abdurrahman adalah mantan petinggi Jamaah Islamiyah, jaringan teror yang ditakuti Barat. Karirnya dalam gerakan radikal lumayan mentereng. “Saya dulu melawan Rusia di Afganistan. Kalau karir saya diteruskan, saya bisa setara komjen (komisaris jenderal dalam kepolisian),” katanya disambut tawa hadirin.

Gara-gara Kedangkalan Agama

Abdurrahman memasuki gerakan Islam radikal sejak duduk di bangku sekolah teknik menengah. “Kerjaan saya dulu tawuran. STM itu kan Sekolah Tidak Mikir. Tapi begitu didakwahi ustadz, tujuan hidup saya berubah,” katanya.

Ustadz ini menarik perhatian Abdurrahman kepada agama. Semangat jihadnya terbakar, begitu mendapat penjelasan mengenai ayat-ayat dan hadits mengenai perang suci.

Sang ustadz mengajarkan kepadanya bahwa Indonesia negara jahiliyah, karena berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945, bukan pada Al quran dan hadits Nabi Muhammad. Maka, sah bagi Abdurrahman untuk memeranginya.

“Saya tidak pernah ngaji dan masuk pesantren, ya telan saja. Soalnya saya diberitahu: kalau kamu tidak hijrah batin dari NKRI ke Negara Islam Indonesia, maka salat, puasa, dan ibadah kamu sia-sia. Kalau mati tidak berbaiat, maka mati dalam keadaan jahiliyah. Kalau kamu dengan NKRI sama saja kafir dan mati jahiliyah. Siapa yang tidak ngeri,” kata Abdurrahman.

Perangi NKRI

Abdurrahman berbaiat kepada Negara Islam Indonesia Aceh Merdeka yang terdiri atas pengikut Daud Beureuh. Ia kemudian pindah menjadi pengikut duet petinggi NII, Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir, di Ngruki, Solo.

Tekanan Orde Baru membuat kelompok NII hijrah ke Malaysia dan Afganistan. Abdurrahman memilih menyeberang Afganistan dan mempelajari militer dari medan tempur sesungguhnya. Saat itu sejumlah faksi di Afganistan berhadapan dengan Uni Soviet.

Perang Afganistan juga menjadi ajang konsolidasi kekuatan NII. “Kami menyusun kekuatan untuk memerangi NKRI. NKRI adalah negara kafir yang patut diperangi,” kata Abdurrahman. Ayat dan hadits dipelintir menjadi pembenar.

Tahun 1991, Abdurrahman kembali ke Indonesia setelah lima tahun di Afganistan. Namun ia segera menemukan medan perang baru, yakni Moro, Filipina Selatan. Ia di sana selama lima tahun.

“Saya mudah saja keluar-masuk perbatasan tanpa paspor dan bawa senjata. Teroris tak akan berkembang tanpa ada celah-celah yang bisa ditembus dengan duit. Saya menyeberangi perbatasan mudah,” kata Abdurrahman, mengungkap bagaimana praktik suap terhadap petugas terjadi di perbatasan antarnegara.

Abdurrahman pun sempat berada di Ambon selama lima tahun, terlibat pertempuran di sana. Sementara itu keluarganya sudah merelakan dirinya. “Bapak saya NU, ibu saya Muhammadiyah. Bapak berpikir saya sudah mati. Tidak tahunya saya muncul lagi setelah sekian lama tidak tahu di mana saya. Begitu kerasnya doktrin (radikal) hingga orang tua tidak dianggap,” katanya.

Radikalisme Rusak Harmonisasi Keluarga

Itulah yang kemudian membuat Abdurrahman sedih. Radikalisme dan terorisme menghancurkan harmonisme keluarga. Ia menyebut dua gembong teroris, Umar Patek dan Imam Samudra, sebagai muridnya. “Saya sedih. Jangan sampai anak keturunan saya seperti saya, tidak kenal dengan keluarga,” katanya.

“Banyak ribuan orang seperti saya, dan salah kalau ada yang menyebut teroris itu dasarnya adalah kebodohan. Umar Patek itu menguasai berbagai jenis racun. Ia bisa membuat racun dari bahan alam. Ia menguasai berbagai jenis peledakan, dan bisa membuat bahan peledak dari bahan legak,” kata Abdurrahman.

“Jangan sangka teroris itu ada karena kemiskinan atau karena perut. Tidak. Saya pernah ngobrol dengan Osama bin Laden. Dia dari keluarga. Keluarganya memecatnya karena dia keras, dan akhirnya dapat harta 500 juta dollar. Dia investasikan untuk membiayai akademi militer Mujahidin,” kata Abdurrahman.

Doktor Azahari, jago pembuat bom yang tewas di Malang, jelas bukan orang miskin dan bodoh. “Rata-rata pelaku bom bunuh diri kurang smart (cerdas). Tapi perancangnya orang-orang pintar. Azahari itu kopral (dalam Jamaah Islamiyah). Bisa dibayangkan, kopral saja kaya begitu. Yang bintang tiga bagaimana,” kata Abdurrahman.

Abdurrahman bertobat dan menampik menjadi bagian JI, setelah terjadi perpecahan. Sebagian orang JI seperti dirinya menginginkan gerakan tetap berpedoman pada petunjuk jihad, yakni berperang dengan mengikuti etika zaman Nabi. Namun sebagian anggota JI lainnya memilih mengabaikan aturan dan etika itu. Mereka mengikuti petunjuk Osama bin Laden untuk mengebom target-target yang bersinggungan dengan Amerika Serikat, terlepas apakah itu sipil atau militer.

ISIS Paling Berbahaya

Salah satu pecahan Jamaah Islamiyah yang paling berbahaya adalah pendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). “Mereka tidak disiplin, sangat berlebihan, dan tidak tahu aturan,” kata Abdurrahman.

Pola rekrutmen mereka juga lebih masif dan berbahaya, karena memanfaatkan jaringan internet. “Dulu, jika mau berbaiat, saya harus datang ke tempat itu langsung. Sekarang ISIS bisa berbaiat melalui internet atau online,” kata Abdurrahman.

Abdurrahman menyebut keluarga sebagai pintu menangkal terorisme. “Informasi dan globalisasi begitu cepat, kita tak bisa aman, karena mereka punya daya tarik besar. Perhatikan anak-anak kita, apa yang mereka baca dan akses dari situs-situs,” katanya. (Imn/II/NF/BerbagaiSumber)

Minggu, 10 Juli 2016

Indahnya Pasir Putih Tirta Samudra Bandengan Jepara

IMN News, Jepara - Pemerintah Daerah Jepara Jawa Tengah mempunyai berbagai tempat wisata yang cukup layak untuk di nikmati oleh wisatawan baik wisatawan Domestik maupun Nasional bahkan para wisatawan dari manca negara.

Di antara tempat wisata yang padat dikunjungi oleh para wisatawan adalah wisata pantai "Tirto Samudro Bandengan". Pantai yang terletak tidak jauh dari pusat Kota Jepara (4 Km) tersebut disamping mempunyai pasir yang halus dan putih, juga mempunyai air laut yang jernih dan hampir bisa dikatakan tidak ada ombak yang membahayakan para pengunjung.

Ticket masuk sebenarnya cukup murah meriah, ketika hari libur setiap pengunjung hanya di pungut biaya Rp.10.000,- per orang, di hari - hari biasa hanya dikenakan biaya Rp.5.000,- per orang.

Setelah masuk ke area parkir dikenakan lagi biaya sebesar Rp.10.000 (karcis), setelah masuk ke area wisata, apabila anda tidak membawa bekal dari rumah berupa tikar atau karpet sendiri, anda bisa menyewa tikar yang di sediakan oleh para penjaja tikar (perorangan) yang berkisar antara Rp.15.000 s/d Rp.20.000 per lembar nya.

Ibu Hj.Sodiah pengunjung dari Solo mengatakan kepada IMN News di lokasi wisata tersebut mengatakan "lah kok biaya ticket masuk dan sewa tiker nya lebih mahal sewa tikernya to" ujarnya. Ibu Haji yang membawa rombongan beberapa mobil pribadi tersebut meskipun sudah berusaha menawar tapi tetep tidak mendapat tanggapan dari ibu sang penjaja tiker.

IMN News sendiri menanyakan kepada penjaja sewa BAN dengan berbagai ukuran mendapat jawaban yang berbeda - beda. Ada yang menyewakan BAN per jam, namun ada pula yang menyewakan sampai dengan sepuasnya namun dengan kisaran harga yang sama berkisaran antara Rp.25.000 s/d Rp.50.000.

Belum lagi fasilitas permainan pantai lain nya yang berdasarkan pengamatan kami cukuplah lengkap dan memadai sebagaimana layaknya yang ada di wilayah wisata pantai di wilayah - wilayah lain nya. Pasir putih pantai Tirta Samudra Bandengan terlihat sangat indah namun harus terus dijaga kebersihan nya.

Kalau anda ingin berkunjung melihat pulau Panjang anda juga bisa memanfaatkan fasilitas perahu wisata yang telah di sediakan oleh pihak pengelola dengan mewajibkan para pengunjung yang mau naik perahu tersebut untuk memakai Jacket pelampung untuk menjaga keamanan para wisatawan tentunya dari hal - hal yang tidak di inginkan.Cukup dengan Rp.15.000 anda bisa sampai ke pulau Panjang Pulang Pergi (PP).

Beberapa pengunjung dari wilayah Demak yang enggan di sebutkan namanya mengatakan habis di Premo (membayar dengan harga yang tidak sewajarnya) ketika makan serombongan di area wisata tersebut. Mentang - mentang Lebaran jadi pada se enak nya para pedagang mengenakan tarip dagangan nya kepada pengunjung ungkapnya.

Kepada pihak pengelola wisata pantai Bandengan dalam hal ini pihak PEMDA agar memberikan arahan serta penyuluhan kepada para pedagang ataupun kepada para penjaja fasilitas pendukung lain nya agar tidak mengecewakan para pengunjung khususnya para wisatawan lokal umum nya para wisatawan dari luar agar tidak merasa kapok untuk mengunjungi tempat wisata tersebut, disamping sebagai sarana PAD yang lumayan besar, juga untuk meningkatkan perekonomian warga sekitar tentunya. (Alex S)

Kamis, 07 Juli 2016

Benteng Portugis Salah Satu Obyek Wisata Menarik di Jepara

IMN News, Jepara - Kota Ukir Jepara bukan saja dikenal karena seni ukiran nya namun juga mendapat julukan Kota Bumi Kartini di mana RA.Kartini terlahir di kota ini.

Disamping itu pula Jepara mempunyai berbagai obyek wisata menarik lain nya di antaranya adalah Pantai Kartini, Pantai Tirto Samudra (Bandengan), Karimun Jawa, Benteng Portugis dan masih banyak obyek tempat wisata menarik lain nya yang ada di Jepara Jawa Tengah.

Benteng Portugis salah satu tempat tujuan wisata yang sayang untuk terlewatkan apabila kita berkunjung di Kota Ukir Jepara. Tempatnya wisata yang cukup indah tersebut berada di ketinggian tebing yang langsung menghadap ke arah pantai utara dengan berhadapan langsung dengan sebuah pulau kecil yang bernama pulau Mondoliko atau Mandalika.

Benteng peninggalan bangsa Portugis terletak di Ds.Banyumanis Kec.Donorojo ini mempunyai cerita sejarah yang tidak terpisahkan dengan keberadaan warga sekitar yang masih mempunyai darah keturunan dari bangsa Portugis.

Tidaklah sulit ketika mengunjungi Benteng Portugis tersebut karena akses jalan menuju ke Benteng tersebut cukuplah lumayan bagus dan cukup indah pemandangan alam nya karena meliputi perkebunan Karet yang rindang juga di kelilingi oleh gunung kecil yang orang sekitar menyebutnya dengan sebutan gunung Genuk.

Fasilitas di dalam area Benteng masih tersisa peninggalan sejarah yang masih orisinil dengan penambahan sarana - sarana lain yang cukup menarik untuk sarana anak-anak bermain.
Benteng yang persis berada di pinggiran pantai Utara tersebut dikelilingi pula oleh batu - batu karang yang kelihatan semakin indah ketika diterpa besarnya ombak air laut yang datang dari arah sebuah pulau yang bernama pulau Mandalika.

Ali Murtadho salah satu warga pengunjung lokal kepada Info Media Nasional News mengatakan sebenarnya masih banyak obyek wisata menarik lain nya yang berada di sekitaran wilayah tersebut diantaranya ada Guwa Tritip dan lain sebagainya di sana tapi sayang nya masih kurang nya informasi baik melalui media cetak maupun media elektronik hingga masyarakat luar umum nya di luar wilayah Jepara belum begitu mengenal secara luas obyek - obyek wisata lain nya yang juga menarik untuk di kunjungi ujarnya.

Seperti halnya yang di utarakan oleh ibu Ida Noviastuti dari Bekasi yang mengatakan kepada IMN News alangkah semakin indah dan lengkap apabila pihak pengelola wisata Benteng Portugis dalam hal ini Pemerintah Daerah Jepara melengkangkapinya dengan sarana pemandian (kolam renang red) di sekitaran lokasi wisata di pinggir pantai tersebut. Serasa kurang lengkap dan kurang afdol aja berwisata ke pantai dengan anak -anak tapi tidak bisa mandi di pinggiran pantai pungkasnya.(Alex S).

Sejarah Benteng Portugis di Jepara.

Info Media Nasional News, Jepara -Salah satu objek wisata andalan di Jepara adalah Benteng Portugis yang terletak di DesaBanyumanis Kecamatan Donorojoatau 45 km di sebelah timur laut KotaJepara, dan untuk mencapainya tersedia sarana jalan aspal berbatu dan hanya dapat dicapai menggunakan kendaraan pribadi dikarenakan tidak ada rute transportasi umum ke situs sejarah ini.

Dilihat dari sisi geografis benteng[2] ini tampak sangat strategis untuk kepentingan militer khususnya zaman dahulu yang kemampuan tembakan meriamnya terbatas 2 s/d 3 km saja. Benteng ini dibangun di ats sebuah bukit batu di pinggir laut dan persis di depannya terhampar Pulau mondoliko, sehingga praktis selat yang ada di depan benteng ini berada di bawah kendali Meriam Benteng sehingga akan berpengaruh pada pelayaran kapal dari Jepara ke Indonesia bagian timur atau sebaliknya.

Alamat

Benteng Portugis terdapat di DesaBanyumanis Kecamatan Donorojoatau 45 km di sebelah timur laut KotaJepara. Jalan untuk menuju Benteng Portugis dapat ditempuh dengan jalan aspal yang banyak berlubang, baik melalui kota Jepara ataupun dari kotaPati melalui kecamatan Dukuhsetiatau kecamatan Tayu.

Sejarah

Pada tahun 1619, kota Jayakarta / Sunda Kelapa dimasuki VOC Belanda, dan saat ini Sunda Kelapa yang diubah namanya menjadi Batavia dianggap sebagai awal tumbuhnya penjajahan oleh Imperialis Belanda di Indonesia. Sultan Agung Raja Mataram sudah merasakan adanya bahaya yang mengancam dari situasi jatuh nya kota Jayakarta ke tangan Belanda. Untuk itu Sultan Agung mempersiapkan angkatan perangnya guna mengusir penjajah Belanda. Tekad Raja Mataram ini dilaksanakan berturut-turut pada tahun 1628 dan tahun 1629 yang berakhir dengan kekalahan di pihak Mataram. Kejadian ini membuatSultan Agung berpikir bahwa VOCBelanda hanya bisa dikalahkan lewat serangan darat dan laut secara bersamaan, padahal Mataram tidak memiliki armada laut yang kuat, sehingga perlu adanya bantuan dari pihak ketiga yang juga berseteru dengan VOC yaitu Bangsa Portugis.

Mitos

bangsa Portugis hanya beberapa tahun saja menempati benteng ini. Banyaknya gangguan yang memakan korban kiranya menjadi salah satu alasannya. Di Selat Mandalika itu ada pusaran air laut. Seturut cerita rakyat sekitar, pusaran air itu adalah pintu gerbang Keraton Luweng Siluman yang dirajai oleh Siluman Bajul Putih. Setiap ada orang berkulit putih seperti bangsa Portugis pastilah tersedot ke dalam laut hilang entah kemana. Kejadian itu sesuai dengan sumpah Siluman Bajul Putih ketika dikalahkan oleh Ki Leseh.

Siluman itu bersumpah kalau ada orang yang berkulit putih seperti kulitnya lewat di atas pintu gerbang Luweng Siluman itu, akan disedot ke dalam laut. Kerajaan Demak Alasan lain adalah lalu lintas perdagangan yang waktu Kerajaan Demak dipusatkan melalui laut, dengan pindahnya Kerajaan Demak ke Pajang, lalu lintas perdagangan berubah melalui jalan darat. Para perompak di perairan Jepara banyak yang beralih menjadi perampok, mereka merampok mangsanya dalam perjalanan di tengah hutan. Perjalanan dagang melalui laut menjadi aman. Benteng itu akhirnya ditinggalkan begitu saja hingga bertumbuh semak belukar. Jarang sekali orang berani memasuki benteng itu. Seturut penuturan warga mereka takut diganggu roh-roh penghuni benteng itu.

Masa Penjajahan Jepang

Pada waktu Jepang metampakkan[3]kakinya di bumi Nusantara, benteng ini kembali digunakan. Jepang memanfaatkannya sebagai tempat pengintai laut. Dengan tenaga-tenaga kerja paksa yang diambil dari desa-desa sekitar, semak belukar itu dibersihkannya, jalan menuju puncak bukit diperlebar. Di kaki bukit menghadap ke laut dibangun tembok-tembok pengintai yang dilengkapi meriam-meriam kecil. Menara yang sudah hancur dibangun kembali dan dibuat lebih tinggi. Bekas bangunan rumah yang berada di tengah benteng juga dibangun lagi sebagai tempat tinggal pengintai. Menurut penuturan bekas para pekerja paksa Jepang (Romusha), di bawah menara dibuatkan lorong bawah tanah yang tembus ke pantai di kaki bukit. Lorong ini dimaksudkan untuk mempercepat petugas yang kerja di benteng hendak turun ke pantai. Demikianlah Benteng Portugis dimanfaatkan oleh Jepang sampai akhirnya mereka kalah dalam Perang Dunia II dan harus angkat kaki dari bumi Nusantara ini. setelah Indonesia mengecap kemerdekaan tempat ini menjadi tempat rekreasi. Melihat pengunjung makin banyak, Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara pun menata tempat ini sehingga semakin menarik dikunjungi.

Fisik Bangunan

Benteng ini sekarang hanya berupa reruntuhan tembok berbentuk persegi empat yang terletak di atas bukit tepat di seberang selatan Pulau Mandalika. Di dalam tembok hanya berupa lahan kosong yang ditumbuhi beberapa pohon yang sengaja dibiarkan untuk tempat berteduh pengunjung. Di area dalam sebelah utara terdapat satu bangunan yang juga digunakan sebagai temat berteduh pengunjung. Selain itu terdapat beberapa replika meriam yang ditempatkan di sisi utara dan timur benteng yang langsung berbatasan dengan laut lepas.

Fasilitas

Kawasasan Benteng Rumah Portugis Mushala Area Parkir Pantai