Jumat, 28 Oktober 2016

Achmad Riza Al Habsyi : Surat Terbuka Untuk Habib Riziq Sihab

- SURAT TERBUKA DARI HABIB UNTUK HABIB -

Assalamualaikum wr.wb
Salam Sejahtera untuk kita semua

Hari-hari ini suhu ketegangan akibat pro dan kontra seputar Cagub DKI menambah suhu panas matahari Jakarta.  Saya adalah salah satu warga DKI yang memiliki hak konstitusional untuk memilih, sekaligus orang yang secara temurun "tertimpa" gelar "habib". Saya sengaja memilih kata "tertimpa" karena bagi saya gelar ini secara nyata menjadi beban dengan aneka dimensinya.

Mungkin sebagian orang menganggap gelar "habib" sebagai hak personal beberapa orang saja. Padahal siapapun yang terbukti berada dalam garis keturunan Sayyidina Husein dan Sayyidina Hasan berhak menyandang gelar itu. Terus terang, saya tidak terdidik dalam lingkungan yang relijius, justeru sebaliknya. Saya juga bukan aktifis organisasi yang beratribut agama. Saya bahkan seorang broadcaster dan punya pergaulan luas lintas keyakinan. Bayangkan, betapa sakitnya hati saya membaca status-status dan cuitan-cuitan yang mencemooh bahkan menghina gelar "habib" karena perilaku atau sikap seseorang yang bergelar "habib".

Mungkin bila penulis surat ini seorang Denny Siregar yang notabene bukan habib, surat ini bisa dicurigai tendensius dan rasial. Tapi bila yang memberikan kritik terhadap seorang habib adalah habib maka mestinya, pihak-pihak yang menentang sepak terjang seorang habib (Rizieq Sihab) tidak mencemooh gelar habib, karena yang "habib" bukan hanya Rizieq Sihab dan tidak semua habib mendukung pandangan dan sikap Imam Besar FPI itu. Lagian, mestinya yang menjadi objek kritik adalah sikap dan pandangannya yang mungkin dinilai tidak pantas, bukan gelar "habib"-nya.

Karena itu, dalam kesempatan ini izinkan saya untuk menulis surat terbuka kepada Habib Rizieq Sihab sebagai upaya meluruskan opini yang sesat tentang habib di kalangan masyarakat karena pandangan dan sepak terjang Rizieq Sihab, dan sebagai upaya untuk mengajak Habib Rizieq menimbang-nimbang efek komunal yang dirasakan oleh ribuan "habib" akibat pernyataan-pernyataan dan tindakan-tindakannya yang diikuti oleh para pengikutnya.

Yang terhormat saudaraku Rizieq Sihab!

Pernahkah terlintas di benak Anda bahwa pernyataan dan aksi-aksi Anda bisa menyulitkan posisi banyak habib di pelosok-pelosok yang tidak tau apapun tentang pilgub DKI dan agenda-agenda organisasi Anda? Mungkin Anda merasa benar dengan tindakan-tindakan anda, dan itu hak anda. Tapi itu bukan alasan yang bisa dijadikan dasar untuk mengabaikan efek-efek negatif yang dirasakan oleh habib-habib yang tidak berpandangan seperti Anda, itu pun hak mereka.

Pernahkah Anda berpikir bahwa cara santun dan lembut lebih mengundang simpati yang lebih luas demi mencapai tujuan-tujuan yang Anda harapkan. Karena itu Anda perlu melakukan evaluasi dan berkonsultasi dengan orang-orang yang lebih bijak dari Anda tentang metode-metode yang efektif dalam berdakwah dan menyampaikan pesan-pesan yang anda anggap benar.

Itu tidak mengurangi kehormatan Anda sebagai Imam besar di organisasi Anda. Justeru hal itu menunjukkan kerendahan hati yang selama ini menjadi ciri habib. Pelajari biografi Habib Husein Luar Batang, Embah Priok, Habib Kuncung, dan puluhan habib besar lainnya yang menjadi icon budaya sekaligus keagamaan bagi masyarakat Jakarta terutama kaum Betawi. Saya bisa pastikan, mereka tidak pernah melakukan mobilisasi dan aksi-aksi penentangan secara frontal.

Pernahkah terlintas di benak Anda bahwa ada kemungkinan salah dalam tindakan Anda? Apa yang Anda yakini benar belum tentu benar menurut orang lain. Munculnya aneka macam mazhab dan pandangan ulama yang berbeda-beda sepangjang sejarah umat Islam membuktikan pentingnya membangun dialog guna mendengar pendapat orang lain dan meninjau kembali pendapat sendiri bila terbukti salah atau tidak diterima oleh mayoritas.

Anda tidak mewakili wahyu. Pandangan anda relatif. Pandangan-pandangan Anda meski didasarkan pada ayat atau riwayat, tetaplah hanya satu dari banyak penafsiran. Karena itu, tradisikan mendengar dan mengunjungi ulama-ulama yang lebih tua, lebih matang, lebih bijak meski mungkin berbeda pandangan dengan Anda, agar pilihan pandangan Anda lebih variatif dan fleksibel.

Pernahkah terlintas di benak Anda bahwa ucapan dan pilihan kata yang terlontar itu tidak akan bisa dianulir karena tidak semua telinga yang mendengar bisa memahaminya dengan tepat dan baik  Penghinaan, hatespeech, pemelesetan nama dan kata-kata yang bisa diartikan sebagai pernyataan rasial justeru bertentangan dengan tujuan-tujuan mulia Anda.

Indonesia adalah mozaik ragam etnis, budaya, keyakinan, bahasa, tradisi dan lainnya. Jakarta adalah miniaturnya. Di dalamnya ada aneka etnik; Betawi, Jawa, Batak, Padang dan lainnya. Di dalamnya pula ada agama-agama dan keyakinan-keyakinan yang berbeda; Islam, Kristen, Hindu, Budha dan lainnya. Sadarlah, bahwa yang berkerumun saat Anda berorasi tidak lebih dari 10% warga Jakarta. Hiruk pikuk yang bergema saat Anda berpidato tidak merepresentasi 12 juta warga Ibu Kota.

Memang, secara faktual Anda mempunyai pengikut yang setia dan fanatik tapi Anda juga tau bahwa sebagian dari mereka atau sebagian besar dari mereka bukan dari warga Jakarta. Dan semuanya tidak memiliki loyalitas yang sama rata. Yang perlu Anda lakukan adalah mengelola mereka dengan baik dan mensterilkan dari unsur-unsur penyusup yang justeru melakukan pembusukan atau upaya-upaya untuk merusak citra Anda dan organisasi Anda.

Surat ini saya tulis karena rasa hormat saya dan optimisme saya bahwa Anda akan berlapang dada untuk menerima kritik konstruktif dari seorang yang tidak punya kepentingan apapun, baik pro maupun kontra dengan Anda. Saya pantang menjelekkan Anda di sosmed atau mengkritik Anda di sudut-sudut jalan. Saya yakin bila tujuannya baik, maka semestinya harus disampaikan. Itulah yang membedakan antara membenci dan mengkritik dengan sangka baik. Tentu anda berhak menerima atau menolak kritik saya. Tapi itu tidak penting. Yang penting bagi saya adalah membuktikan kepada warga Jakarta dan Rakyat Indonesia secara umum bahwa Habib tidak direpresentasi oleh satu sosok saja.

Demikian surat yang saya tulis dengan tujuan baik ini. Semoga Allah SWT menganugerahkan hidayah dan taufiqNya kepada kita semua.  Amin.

Terimakasih.

Assalamualaikum wr.wb
Salam sejahtera untuk kita semua.
        Achmad Riza Al Habsyi
(Acin Muhdor 28 Oktober 2016)