Selasa, 15 September 2015

LASKAR DEWA RUCI PENGAWAL IDEOLOGI DAN KONSTITUSI

Info Media Nasional News - Nama Laskar Dewa Ruci adalah pemberian oleh Ibu Hj.Megawati Soekarno Putri pada tanggal 16 Agustus 2014. Kemudian, pada tanggal 18 Agustus 2014 di Bandung di deklarasikan Laskar Dewa Ruci  oleh Bapak H.Ir.Emir Moeis, H.Mochtar Mohamad, H.Ir.Agusrin M.Najamudin dan Sirra Prayuna SH.
Kelahiran Laskar Dewa Ruci ini membawa Amanah tugas Tridharma.
- Menjaga Ideologi Pancasila dan Konstitusi Undang-Undang Dasar 1945, diharapkan mampu berkontribusi mengatasi krisis Ideologi dan Konstitusi Bangsa saat ini.
- Menjaga ajaran-ajaran, pemikiran-pemikiran Bung Karno tentang Negeri ini serta menghidupkan situs- situs Bung Karno yang sudah terabaikan dan menjaga Keluarga Besar Bung Karno.
- Mengawal  pemerintah  Jokowi-Jusuf Kalla.
Arti Laskar Dewaruci
Peristiwa pertemuan Bima dan Durna menjelang perang Kurawa Pandawa meletus. Durna memerintahkan Bima mencari air hayat di puncak gunung Candradimuka agar bisa hidup kekal dan berjaya di medan perang.
Setelah gagal menjumpai di puncak gunung, Bima disuruh mencarinya di dalam lautan. Durna yang memihak Kurawa, mempunyai rencana jitu. Agar Bima yang sakti tidak ikut dalam perang Pandawa melawan Kurawa, ia harus disingkirkan.
Durna menyuruhnya mencari air hayat ke puncak gunung Candradimuka.
Sebagai murid yang patuh Bima menjalankan perintah gurunya. Durna gembira, karena yakin Bima akan mampus diterkam binatang buas dan raksasa.

Tetapi di luar dugaan Bima dapat mengalahkan dua raksasa sakti dan ganas yang dijumpai di hutan dan merintangi perjalanannya. Namun alangkah kecewanya, setibanya di kawah Candradimuka putra Pandu dia tidak menemukan air hayat seperti dituturkan gurunya. Bima kembali menemui Durna.
Durna mengeluarkan lagi tipu dayanya. Dia menyuruh Bima mengarungi samudra, karena air hayat itu terdapat di sana. Dengan tegap Bima pun berjalan menuju menuju laut, lantas berenang dan menyelam.
Hingga akhirnya di Samudra yang sama Bima bertemu dengan seorang Dewa kerdil bernama Dewa Ruci yang wajahnya menyerupai Bima sendiri. Besar dari Dewa Ruci tidak lebih besar dibanding telapak tangan Bima.
Dewa Ruci memerintahkan Bima untuk memasuki telinga kiri Dewa Ruci, sebuah perintah yang mustahil.  Namun, dengan sebuah keajaiban, Bima berhasil masuk ke telinga Dewa kerdil itu dan di dalamnya Bima mendapati dunia yang maha luas.
Dewa Ruci mengatakan bahwa air kehidupan tidak ada di mana-mana, percuma mencari air kehidupan di segala tempat di dunia, sebab air kehidupan berada di dalam diri manusia itu sendiri.
Bima memahami wejangan Dewa Ruci yang sesungguhnya adalah representasi dirinya sendiri.Dalam kisah ini tersirat  jelas beberapa pesan yang disampaikan.
Pertama adalah kesetiaan, seperti kisah Bima yang sangat setia/komitmen dalam menjalankan misi ‘Mencari Air Kehidupan’ meskipun dia harus menyelami dasar samudra yang sangat berbahaya.

Pesan kedua adalah pengorbanan. Hal ini tersirat jelas dalam kisah perjalanan Bima mengalahkan para raksasa untuk menemukan ‘air kehidupan’.
Mengalahkan naga, dan bertemu dengan Dewa Ruci sesungguhnya sarat dengan simbol-simbol tentang perjuangan manusia mengalahkan nafsu-nafsu yang dapat menghalanginya menuju kesempurnaan.
Misalnya nafsu makan, kekuasaan, kesombongan dll. Bima mencapai kesempurnaan karena watak dan sifat rela, patuh, waspada, eling , dan rendah hati.
Seseorang yang telah tahu siapa dirinya akan melakukan hal-hal tersebut dengan alasan ia mengamalkan tugas-tugasnya di dunia.
Ketiga adalah penyatuan hakekat diri. Seperti Dewa Ruci yang ternyata memiliki wujud yang sama dengan Bima. Dalam psikologi sufi dan mistik Jawa dikenal dua jenis ‘diri’ (self), yaitu ‘diri jasmani’ yang direpresentasikan oleh Bima dan ‘diri ruhani’ (higher self) yang direpresentasikan oleh Dewa Ruci.
Dalam tasawuf, ‘diri jasmani’ disebut nafs atau hawa nafsu. Karena menempati alam bawah (alam nasut) ia disebut lower self dalam bahasa Inggeris.
Perjalanan ruhani seorang penuntut ilmu suluk, dilukiskan oleh Rumi sebagai ‘perjalanan dari ‘diri’ ke Diri’, yaitu dari ‘diri palsu’ ke ‘Diri Hakiki’. (Happold 1981:58-61).
‘Diri ruhani’ disebut juga sebagai badan halus, tempatnya dalam tatanan wujud ialah di alam keruhanian (alam jabarut). Sedangkan ‘diri jasmani’ disebut badan kasar. (M2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar