Minggu, 10 Januari 2016

Rakernas 1 PDI Perjuangan, Megawati Bangga Menangis dan Tertawa Bersama Rakyat

Info Media Nasional News, Jakarta - PDI Perjuangan berusia ke 43 tahun, Minggu (10/1). Peringatan itu dibarengi dengan gelar rapat kerja nasional (rakernas) I PDIP yang berlangsung di JI EXPO, Kemayoran, Jakarta.

Menurut Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, 43 tahun bukanlah perjalanan yang mudah untuk memberi sumbangsih dan pengabdian kepada rakyat, bangsa dan negara, ‎"Perjalanan 43 tahun ini, ibarat sebuah perjuangan mengarungi lautan, samudera perjuangan, yang kadang penuh dengan badai dan taufan. Kadang-kadang gelap, tapi penuh dengan bintang-bintang berkelip.

Adakalanya terasakan hembusan angin segar. Tetapi kadang juga terasa tiupan hawa panas, dan sengatan terik matahari," tuturnya saat berpidato pada pembukaan rakernas I PDIP itu.

Kendati banyak tantangan yang dihadapi, PDIP nyatanya mampu melewatinya. ‎‎"Lautan dan samudera perjuangan itu, bagaimana pun situasinya, haruslah kita seberangi. Kuncinya hanya satu: kesabaran progresif revolusioner," tegas putri proklamator itu.
 ‎
Per‎juangan itu terbukti dengan PDIP sebagai partai pemenang pemilu 2014. Ditambah Pilkada yang diadakan serentak untuk pertama kalinya di tahun 2015. Jelas, itu merupakan modal politik namun juga konsekuensi logis dan tanggung jawab besar. ‎

‎Ulang tahun kali ini, katanya menjadi momentum untuk menegaskan bahwa rakyat adalah cakrawati partai; tempat seluruh irama, dan langkah perjuangan bermuara. "Saya pernah katakan, yang membuat kita bangga sebagai partai politik, bukan ketika dekat dengan kekuasaan, tetapi saat menangis dan tertawa bersama rakyat," sebut Megawati. ‎

Dalam konteks itu pula, maka pilihan-pilihan politik yang akan diambil PDIP yakni meneruskan perjuangan dan pemikiran Bung Karno yang terkenal dengan nama Marhaenisme. Yakni, satu teori progresif, revolusioner, dan persatuan dan pemersatu.

“Semua orang Indonesia yang melarat, baik proletar maupun bukan proletar, asal melarat. Baik buruh, maupun tani, maupun nelayan, maupun pegawai di kantor, maupun insinyur-insinyur, maupun meester-meester, maupun dokter-dokter, asal dia melarat artinya kecil, saya namakan dia Marhaen” jelas Mega menyampaikan definisi Marheinisme menurut Bung Karno. ‎(dna/imn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar